Jumat, 04 Desember 2015

Menikmati Sensasi Empat Hari di Bali



#Part 2
Pelabuhan Padang Bay (dokpri)
            Selama di Bali, Kuta Beach Club Hotel seolah menjadi tempat istirahat paling indah yang kami miliki. Begitu memasuki kamar hotel, seolah tidak ada lagi kesempatan untuk menunda-nunda waktu mandi, sholat, dan berbaring cantik. Bahkan untuk ngerumpi dengan teman sekamar pun tidak sempat terpikirkan. Tidur dan mimpi indah adalah pilihan yang tak tertandingi nikmatnya. *mulai drama ... hihihi*

Hari kedua di Bali
            Keesokan paginya, setelah semua sudah siap menikmati sarapan pagi di hotel, kami pun siap melanjutkan tour. Di hari kedua, kami tidak menaiki bis. Ada tiga mobil yang sudah siap membawa kami ke destinasi berikutnya. Mobilnya sedikit lebih besar dari ukuran mobil keluarga. *nggak boleh sebut merek, kan nggak dibayar ... wkwkwk ... matreee*
            Iring-iringan mobil pun memasuki jalan tol. Mata saya sesekali memerhatikan jalur khusus yang lebarnya hanya pas untuk kendaraan bermotor roda dua. Saya pun berandai-andai. Jika saja pembagian ruas jalan tol seperti ini diberlakukan di Jakarta, mungkin bisa memecah kemacetan ibukota.

Day Cruise Nusa Lembongan
            Kami pun tiba di Pelabuhan Padang Bay. Kapal cruise sudah menunggu di dermaga. Saat naik ke atas kapal, saya sempat galau memilih tempat duduk. Mau di dek atas atau bawah. Akhirnya saya mengikuti teman sekamar menuju dek atas. Namun, beberapa saat setelah bertahan di dek atas, akhirnya saya menyerah karena tidak kuat menahan sengatan matahari. Saya pindah ke dek bawah.

My Bali Movie

            Kapal cruise yang kami naiki akan menuju Pulau Nusa Lembongan. Salah satu pulau kecil yang terletak di sebelah Tenggara Bali. Menurut info tour guide, Nusa Lembongan merupakan yang terbaik dari dua pulau lain (Nusa Penida dan Nusa Ceningan). Pulau Nusa Lembongan termasuk dalam wilayah Kabupaten Klungkung yang posisinya dipisahkan oleh Selat Badung dari Pulau Bali.
            Setelah melaju di atas permukaan laut sekitar 1 ½ jam, kapal cruise yang kami naiki pun menghentikan geraknya. Posisi kapal tidak menepi, tapi ditambatkan pada area yang akan digunakan untuk beragam permainan air. Dari tempat itulah kami bebas menikmati permainan seperti banana boat, snorkling, glass bottom boat (melihat dasar laut lewat kaca yang diletakkan di tengah perahu), dan naik kano mengelilingi laut di seputar area kapal cruise. Ternyata, walaupun hanya merupakan sebuah pulau kecil, Nusa Lembongan mampu menarik perhatian wisatawan dengan suguhan beragam fasilitas rekreasi airnya.

Sempat fotoan dulu, sebelum kepanasan di dek atas kapal cruise:p

Saat kapal cruise berhenti (dokpri)
            Saya sempat bingung bagaimana cara menikmati semua permainan itu tanpa pakaian renang. Aaah ... akhirnya saya tidak kuat menahan diri untuk menjadi penonton teman-teman saja. Dengan busana lengkap, saya tetap bisa menikmati serunya naik banana boat, kano, dan nyemplung di laut ala snorkling-snorkling-an. Usia ternyata tidak mampu membatasi kesempatan untuk bersenang-senang. Yang penting tetap aman terkendali.

Naik banana boat  dengan kostum komplit (dokpri)
Naik kano yang bikin degdegan (dokpri)
Yang beneran snorkling satu orang, yang lain numpang eksis aja sih :p
            Setelah puas bermain air, kami bergantian mengganti baju yang sudah basah kuyup. Hidangan makan siang berupa barbeque dan lainnya siap menunggu disantap di atas kapal cruise itu. Makan siang yang sangat berkesan. Bayangkan saja, setelah berjam-jam bermain air laut, tentu saja rasa lapar langsung terasa begitu mencium aroma dari daging dan ayam bakar. Wuaaah ... mengapa saya tidak mengabadikan momen antrian menuju meja lunch itu ya? *tepok jidat berbie*
           
Menemukan tempat sisa pembakaran mayat
            Acara one day cruise Nusa Lembongan belum usai. Setelah makan siang, kami kembali diajak menaiki kapal boat menuju sebuah desa. Tour guide kami menyebutnya dengan “Tour ke Desa Tradisional”.

Pemandangan laut dan pantai Nusa Lembongan yang bikin segar mata (dokpri)
            Begitu tiba di dermaga desa itu, kami disambut dengan hiburan musik. Sesaat setelah itu, kami diberi pilihan. Yang ingin berkeliling, silakan mengikuti guide setempat. Yang memilih tinggal, tetap di kafe yang ada di tepi dermaga.
            Rombongan yang memilih berkeliling pun melanjutkan eksplorasi dengan berjalan kaki. Kalau saja hati saya mau dikalahkan oleh sengatan terik matahari, mungkin saya juga akan memilih diam di kafe sambil menunggu teman-teman kembali. Namun, jika itu yang saya pilih, maka cerita untuk desa tradisional hanya sampai di sini. Aaah ... sayang dong ah. Biarlah wajah sedikit menghitam.

Biarpun ibu-ibu tapi keren lho guide yang satu ini (dokpri)
            Dengan dipandu oleh guide setempat (seorang ibu), kami pun dibawa menyusuri desa. Sambil berjalan di tepian pantai, sesekali dia menghentikan langkah kami untuk menerangkan beberapa hal tentang desa itu. Andalan utama dari pulau ini adalah budi daya rumpt lautnya yang sudah tersohor itu.
Laut yang menyimpan kekayaan (dokpri)
Diam-diam saya memerhatikan pantai berpasir putih dengan laut jernih di sisi kami berjalan. Di sanalah tersimpan rumput laut yang menjadi kekayaan alam Nusa Lembongan. Di sana juga terdapat berbagai jenis ikan berwarna-warni hidup dengan tenang bersama terumbu karang yang juga tak kalah indahnya.

Lokasi sisa upacara Ngaben (dokpri)
            Tiba-tiba guide kembali menghentikan langkah kami. Dia menjelaskan dalam Bahasa Inggris bahwa lapangan di sebelah kanan kami kemarin baru saja digunakan untuk Ngaben (upacara pembakaran mayat). Dari keterangan singkat yang diberikannya, ternyata tidak semua mayat itu dibakar saat mayatnya masih utuh (Ngaben Sawa Wedana). Tergantung pada keluarga mayat. Karena anggaran untuk upacara tersebut terbilang mahal bagi penduduk yang ekonominya pas-pasan. Keluarga jenazah harus menunggu hingga uangnya cukup. Sementara jenazah disimpan dengan cara menguburkannya tanpa upacara adat. Setelah dana terkumpul, kuburan jenazah akan digali kembali untuk memenuhi ritual Ngaben.

Nama desa yang kami susuri (dokpri)
Alat tenun yang sangat sederhana (dokpri)
Beberapa di antaranya adalah hasil tenunan si Ibu (dokpri)
            Begitulah, setelah menyimak penjelasan tentang Ngaben, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kami diajak menuju tempat pembuatan kain songket Bali. Saya pikir tempatnya luas dan bakal menemukan peralatan menenun yang bermacam-macam. Ternyata, hanya sebuah gubuk kecil yang berbaur dengan warung tempat menjual jajanan makanan dan minuman ringan. Di dalam warung itulah, kami melihat seorang ibu separuh baya yang sedang menenun. Melihat kesederhanaan itu, saya dan ibu-ibu lainnya tergerak untuk membeli kain tenunan yang dipajang si Ibu di warungnya.
            Setelah puas menjejakkan kaki di Nusa Lembongan, akhirnya eksplorasi kami sudahi. Kami pun kembali menuju kapal cruise. Hari sudah semakin sore ketika kapal merapat di dermaga Pelabuhan Padang Bay.

Makan malam di Jimbaran
            Setelah magrib, kami kembali berkumpul di lobi hotel. Bis di hari pertama kembali menjemput kami untuk acara makan malam. Tanpa menunggu lama, kami pun diantar menuju Cafe Menega Jimbaran untuk menikmati hidangan seafood.

Dinner yang remang-remang menghanyutkan. Ups!
            Makan malam di tepi pantai Jimbaran itu menjadi penutup kebersamaan kami di hari kedua di Bali. Ketika kembali ke hotel, kembali bermimpi indah adalah pelengkap malam kedua itu. [Wylvera W.]

--------- Bersambung ---------

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Sebelumnya saya terima kasih, karena sudah mampir di blog ini. Btw, boleh kah pakai nama profil yang asli. Suka bingung kalau blognya pakai nama-nama obat dsb begitu.

      Hapus
  2. Ibu-ibu jadi guide, keren ya. Merah meriah mengapung. Kalau saya tep takut masuk ke dalam air...gak bisa berenang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di sana guidenya banyak ibu-ibu, Mbak.
      Btw, jangan dikira aku pandai berenang lho. Itu judule nekat demi fotoan. Hahaha ....

      Hapus
  3. Bikin mupeng aja nih.... belum pernah ke bali soalnya. Mudah2an ada yg mau bayarin hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga suatu hari nanti sampai ke sana ya. :)

      Hapus
  4. akh jadi kangen Baliiiii

    salam kenal dari www.travellingaddict.com

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...