Jumat, 28 April 2017

Berlama-lama di Villa D’Este Tivoli


Berkunjung ke Roma, selain melihat bangunan dan kota bersejarahnya, ternyata ada objek pemandangan yang tak kalah menarik. Namanya Villa D’Este. Lokasinya ada di Tivoli, sekitar 30 kilometer sebelah Timur dan Timur Laut kota  Roma, Italia.

Menuju Tivoli
Pada hari kelima - Minggu, 19 Maret 2017 - di Roma, tujuan perjalanan kami berikutnya adalah mengunjungi Villa D’Este. Perjalanan pagi hari dimulai dari stasiun Termini, Roma. Dari Termini, saya dan suami naik Metro B jurusan Rebibia dan turun di stasiun Ponte Mamolo. Begitu keluar dari Metro (kereta), kami langsung mencari toko yang menjual koran dan makanan ringan. Di toko itu juga kami membeli tiketnya. Penjualan tiket dibuka dari pukul 08.30 – 17.15 setiap hari. Sementara, harga tiket menuju Tivoli yaitu 4 Euro. Untuk saya dan suami, kami harus membeli 4 tiket sekaligus (pergi dan pulang). 
Jalur ini yang menuju Tivoli
Setelah membeli tiket, kami bergabung dengan penumpang lainnya untuk menunggu di halte nomor dua. Bus yang akan membawa kami bertuliskan Cotral pada dindingnya. Semua bus dari Ponte Mamolo bertuliskan Cotral. Jadi, tidak akan membingungkan. Sepuluh menit kemudian, kami sudah berada di dalam bus dan menikmati perjalanan menuju Tivoli selama kurang lebih 45 menit.
Setelah sampai di halte Villa D’Este, saya dan suami langsung mencari arah menuju vila. Hari belum terlalu siang. Area sekitar vila belum terlalu dipadati oleh para wisatawan. Kami masih terus menyusuri jalan yang diapit oleh bangunan-bangunan tua serta toko-toko penjual suvenir dan restoran. Beberapa di antara penjual suvenir mulai sibuk menawarkan kami untuk mampir ke tokonya.
Pintu masukVilla d'Este
Beli tiket masuk ke vila
Akhirnya kami tiba di pintu masuk vila. Sebelum masuk ke area wisata vila, kami harus membeli tiket. Harga tiket masuk ke Villa D’Este, 8 Euro per orang. Dengan harga itu, tidak ada batasan waktu bagi pengunjung untuk memuaskan diri berkeliling di dalamnya sampai jam kunjung berakhir. Tidak terlalu mahal, ‘kan?

Jelajah dan rekam jejak Villa D’Este dimulai

Sejak abad ke-16, kota Tivoli melanjutkan pembangunan berbagai vila. Yang paling terkenal adalah Villa D’Este dan termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2001. Pembangunan Taman Villa D’Este dimulai dari tahun 1550 oleh Pirro Ligorio atas permintaan Kardinal Ippolito II D’Este.
Menurut sejarahnya, saat Perang Dunia I berkecamuk, vila ini sempat menjadi properti negara. Direstorasi dan dibuka untuk umum. Setelah Perang Dunia II usai, restorasi kembali dilakukan untuk membenahi kerusakan efek pengeboman tahun 1944. Setelah menjadi milik pribadi selama beberapa abad, kebun ini diakuisisi oleh pemerintah (pasca Perang Dunia ke II).  Sejak  itu, Villa D’Este menjadi tujuan wisata populer hingga saat ini.

The Fountain of Venus in the courtyard
The Fountain of the Bicchierone, by Bernini, and the Loggetta of the Cardinal
The Jet of the Fountain of the Dragons
Desain bangunan dan tamannya yang dipengaruhi oleh Renaissance, menjadi model bagi perkembangan banyak taman di Eropa. Villa D’Este ini, selain dilengkapi dengan desain air mancurnya yang megah, juga banyak patung peri, grotto (gua), serta permainan air. Perhatian utama saya dan suami tentu tertuju pada air mancur yang ada di vila ini. Selain banyak, juga sangat unik desainnya. Suara gemericiknya membuat hati tenang dan sejenak terlupa oleh segala rutinintas yang ditinggalkan di tanah air. Itulah yang membuat kami betah berlama-lama menikmati suduh-sudut vila.


View from Neptune Fountain
The Rometta fountain
Air mancur yang paling terkenal adalah The Cento Fontane (The Hundred Fountains) di sepanjang jalan (100 meter) yang menghubungkan Fontana dell’Ovato dengan Rometta. Saking penasarannya, saya latah menghitung jumlah air mancur yang didesain menenmpel pada temboknya yang terlihat ditutupi oleh lumut hijau. Dan, saya lupa apakah jumlahnya benar-benar seratus ya?  *jangan suruh saya menghitung ulang sekarang ya :)*

The Hundred Fountains
Kami kembali melanjutkan penjelajahan vila. Di sepanjang jalan utama taman, kami bisa melihat keunikan desain Fontana dei Draghi (Dragon’s Fountain). Pada ujung jalan arah ke kiri, kami bisa menikmati keindahan Fontana della Civetta (Owl’s Fountain).

Owl's Fountain
 
Neptune Fountain
Berlatar belakang Neptune Fountain
Fontana di Nettuno (Neptune Fountain) merupakan air mancur yang paling mengesankan dengan ketinggian daya semprot airnya di udara. Selain itu masih ada lagi Fontana dell’Organo (Organ Fountain) yang melengkapi desain mengesankan dari keseluruhan tata letak air mancur di vila tersebut.
The Fountain of the Organ
Ada lagi air mancur yang cukup populer di sini. Namanya Fontana dell’Ovato (Oval Fountain). Dinamai seperti itu karena air mancur ini bermuara di kolam berbentuk telur. Kemudian air meluncur masuk ke kolam yang disebut nymphaeum (bangunan untuk peri) berkarat. Desainnya juga dibuat oleh Pirro Ligorio.

Fontana dell’Ovato (Oval Fountain)
Selain menampilkan pesona air mancurnya, taman Villa D’Este juga menawarkan penataan kebun yang indah. Kebun tersebut menjadi bagian dari anggota Grandi Giardini Italiani, sebuah asosiasi perkebunan terbaik di Italia. Desain atau penataan letak kebun yang bertingkat-tingkat ini menjadi daya tarik sendiri. Dilengkapi dengan tangga untuk menyusurinya, para wisatawan dimanjakan oleh beragam koleksi flora. Ada mawar, rhodonderon, melati, camellia, magnolia, palm, dan jenis tanaman hias lainnya.
Berpose di antara bunga-bunga

Di antara taman labirin
Saat menjelajah, kami sangat dipuaskan pula oleh penggabungan kedua desain tersebut (taman dan air mancurnya). Paduan fitur air mancur, air terjun, kolam, kerikil, patung, dan bunga-bunga menjadi penyempurna tampilan vila. Ditambah taman labirin yang serba hijau serta tidak terlalu berliku-liku, membikin hati nyaman dan tenang.
Ssst … saya sempat jadi foto modelnya suami lho di sana. Seolah semua sudut ingin dibadikannya dengan mengikutsertakan saya sebagai modelnya. *nggak boleh protes ya , hahaha*

Siapkan fisik sebelum masuk ke Villa d’Este
            Saya pernah sangat penasaran dengan Kampung Naga yang ada di Tasik Malaya. Masalahnya saya belum pernah ke sana. Namun membaca cerita dan pengalaman teman-teman yang pernah ke kampung itu, saya sempat berpikir ulang begitu melihat foto tangganya. Ada ratusan anak tangga yang harus dilalui sebelum sampai ke perkampungannya. Wuiiih! Butuh energi dan stamina yang cukup jika ingin ke sana.

Salah satu tangga di antara yang  lainnya


            Ternyata di Villa D’Este ada juga yang mirip anak-anak tangga ala Kampung Naga. Mungkin bedanya hanya desainnya saja yang lebih landai. Pada saat turun memang tidak terasa sama sekali karena teralihkan oleh pemandangan yang menakjubkan. Namun, saat ingin kembali ke atas, saya mulai merasakan kelelahan. Model penyusunan anak tangganya yang landai tidak terlalu berpengaruh bagi saya yang memang jarang berolah raga. *jangan diketawai*




            Kalau dihitung-hitung, lebih dari seratus anak tangga yang harus dinaiki. Alamaaak …! Lutut langsung lunglai saat tiba di atas. Untunglah, masih ada beberapa objek yang belum sempat kami perhatikan mampu mengobati rasa lelah itu. Seperti tanaman merambat yang dibiarkan hidup dan mengering serta membentuk lengkungan artistik yang disangga oleh rangka besi. Ada bathup (bak mandi) model jadul banget yang mungkin pernah digunakan oleh penghuni vila, menjadi objek unik yang layak diabadikan. 

bathup jadul
Begitu keluar dari vila, tinggal rasa kagum dan bersyukur pada nikmat Allah yang tersisa. Alhamdulillah … saya bisa sampai di sana.
            Nah, ingin jalan-jalan ke Roma? Jangan lupa sempatkan mampir ke Villa D’Este, ya. Dijamin tidak akan bosan dan menyesal. Justru saat sadar kalau hari sudah sore, ternyata kamu harus kembali ke hotel. [Wylvera W.]
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...