Rabu, 27 April 2016

Bersenang-senang di The Magic House

Gateway Arch of St. Louis

               Mendapat kesempatan tinggal sementara di Amerika merupakan rezeki buat keluarga kami. Apalagi dengan waktu libur yang begitu banyak. Kedua anak saya seolah menemukan kebiasaan baru. Hampir setiap pergantian musim, selalu ada hari libur. Kondisi itu membuat kami mau tidak mau sering berimprovisasi untuk mengisinya. Salah satunya adalah mendatangi tempat-tempat baru di kota-kota yang masih bisa kami jangkau. Akhirnya, hobi jalan-jalan yang memang sudah ada, tak bisa kami abaikan saat liburan tiba.
               Setelah akrab dengan suasana sekolah baru dan lingkungan sekitar, anak-anak saya mulai sering berinteraksi dengan teman-temannya. Beberapa informasi baru pun mereka dapatkan. Sesekali tentang tempat-tempat wisata yang pernah dikunjungi teman-temannya di sana. Informasi itu mereka bawa pulang dan jadi topik obrolan saat berkumpul di apartemen kami yang mungil.
               Suatu saat, mereka mencetuskan nama sebuah tempat, “The Magic House”. Ternyata tempat itu adalah sebuah museum anak-anak yang berada di St. Louis, Missouri. Jika dibandingkan dengan jarak destinasi kota-kota yang pernah kami singgahi di sana, St.Louis justru tidak terlalu jauh dari Urbana (menurut suami saya). Itulah yang membuat kami akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke The Mgaic House. 

Tiba di depan The Magic House
               Perjalanan dari Urbana seperti menuju St. Louis seperti perjalanan kami sebelum-sebelumnya. Nyaman, tenang, dan membuat kepala tidak suntuk oleh kemacetan.  Kami pun tiba di The Magic House yang dibuka sebagai museum khusus untuk anak-anak. Lokasinya ada di Kirkwood, sebelah Barat pusat kota St. Louis. Museum ini dibangun untuk mendorong anak-anak bereksperimen, melatih kreativitas dalam keterampilan memecahkan masalah, melihat keajaiban dari sisi sains, dan bersenang-senang dalam permainan magic.


               Sejak didirikan pada tahun 1979, The Magic House telah mengalami serangkaian penambahan dan renovasi, hingga akhirnya menjadi 5.100 m2. The Magic House telah mendapat pengakuan sebagai salah satu museum peringkat pertama untuk anak-anak oleh Zagat Survey US Family. Museum ini mampu menarik perhatian lebih dari 550.000 pengunjung per tahun. 

Di depan foto-foto keluarga George Lane Edwards
               Selain menyuguhkan ragam atraksi budaya di kota itu, The Magic House juga menyajikan tempat khusus tentang sejarah St. Louis. Dari luar museum ini memang terlihat seperti rumah bergaya asli Victorian. Rumah milik George Lane Edwards Family ini dibangun pada tahun 1901. Edwards sendiri adalah managing partner di perusahaan broker keluarganya, AG Edwards & Sons. Beliau juga menjadi presiden pertama Bursa Efek St. Louis, sekaligus direktur Louisiana Purchase Exposition. Sementara, The Magic House didirikan oleh dua wanita St. Louis, Jody Newman dan Barbie Freund.

Tiba-tiba rambut Mira berdiri semua
               Mira dan Khalid begitu semangat mengitari The Magic House. Beberapa permainan baru yang unik mereka coba. Termasuk alat yang bisa membuat rambut berdiri dan mengembang. Namanya adalah Electro-Static Generator. Salah satu pameran yang paling dikenal di The Magic House itu. Generator Van de Graaff  itu membuat Mira merasakan sensasi listrik statis. 

"Wow! Lihat rambutku!"

               Saat tangan Mira menyentuh generator, tiba-tiba rambutnya berdiri semua. Si Bapak pun sigap mengambil foto.
               Look! Rambut Kakak stand all!” teriak Khalid yang bikin saya dan Bapaknya ngakak kala itu.
                             
Mencetak bentuk wajah
               Selain bermain dengan generator yang bisa membuat rambut berdiri, kali ini Khalid yang bereksperimen. Ada dinding yang bisa membentuk wajah kita di sana. Dengan menempelkan wajah di sisi sebaliknya, maka bentuknya pun bisa terlihat di sisi sebelahnya. Khalid menempelkan wajahnya di sana, lalu Mira tertawa melihat bentuk hidung dan tulang pipi Khalid yang menonjol di sisi sebelahnya. Saya lupa apa nama alat itu. 

Bentuk muka Khalid 




               Selain itu, masih banyak lagi area bermain yang disajikan di The Magic House. Ada The Children Village, sebuah area bermain yang cukup luas untuk mendorong anak-anak menggunakan imajinasi mereka bekerjasama dalam sebuah kelompok minitatur. The Children Village ini menyajikan pasar, perbankan, klinik hewan, dan perpustakaan dalam bentuk mini.

salah satu yang ada di Bubble Arounds

             Mira dan Khalid juga mencoba masuk ke Bubble Room dan mengukur berat tubuh mereka. Setelah itu mereka mencoba merekatkan magnet-magnet sehingga bersusun dan tergantung rapi. Nama permainan itu adalah Magnetic Structure. Mira juga mencoba pertunjukan yang bisa menampilkan siluet badan dengan warna-warna yang berkilauan. 



              Belum merasa puas, mereka juga mengajak saya dan bapaknya masuk ke ruang sempit yang harus melangkah di atas tali. Ruang yang remang-remang itu membuat kami harus meraba-raba agar kaki tidak terpeleset saat menapak di atas tali yang dibentang untuk mencapai ruang yang lebih terang.




               Puas bermain di dalam museum, kami juga ingin melihat di halaman luar bangunan itu. Di sana ada patung anak-anak yang dirancang bergandengan tangan sedemikian rupa, seolah menggambarkan perdamaian dan kebersamaan.

               Hingga hari ini, kenangan tentang The Magic House dan segala atraksi yang bisa dimainkan di sana, menjadi catatan indah di hati kami. Saya berusaha mengingat semua itu lewat foto-foto yang masih tersimpan rapi. Semoga catatan kenangan ini bisa jadi rujukan buat kamu yang ingin jalan-jalan ke St. Louis suatu hari nanti.  


               Satu lagi, saat kami berkunjung ke sana sekitar tahun 2008, areanya tidak seluas sekarang ini. Baidewei ... kalau ingin melihat prosedur masuknya silakan klik di sini. Menurut informasi yang saya baca, saat ini semakin banyak area permainan yang ditambahkan. Silakan di-search.   [Wylvera W.]

Sabtu, 09 April 2016

Liburan di Rumah yang Bisa Menambah Gairah


Liburan adalah momen yang selalu ditunggu-tunggu oleh mereka yang sehari-harinya dipenuhi oleh rutinitas pekerjaan, sekolah, dan kuliah. Berlibur bisa melepas segala penat serta merelaksasikan pikiran dan fisik agar tetap bergairah ketika memulai rutinitas kembali. Namun, tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa liburan yang menyenangkan adalah pergi ke suatu tempat. Jika tidak melakukannya, berarti liburan mereka terasa membosankan.
Tidak seperti itu menurut saya. Liburan pun bisa dilakukan di rumah saja. Hanya butuh kreativitas untuk membuatnya menjadi menyenangkan dan berkesan bagi semua anggota keluarga. Selain itu, liburan di rumah tidak harus mengeluarkan biaya yang banyak. Saat tanggal tua atau sedang bokek, liburan di rumah bisa menjadi alternatif yang tetap menggembirakan.
Agar tidak membosankan dan tetap bisa menambah gairah, kita bisa memilih kegiatan pengisi liburan di rumah yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dan dinikmati bersama-sama.

1. Mencoba resep baru
            Bagi pencinta kuliner, kegiatan masak-memasak tentu akan sangat menyenangkan. Lakukan kegiatan ini dengan suasana gembira saat liburan hanya di rumah saja. Agar kegiatan masak-memasak ini bisa dinikmati seluruh anggota keluarga, libatkan suami dan anak-anak untuk mencicipi hasil masakan. Bisa juga mengajak mereka berdiskui tentang proses membuat atau meracik resep baru yang ingin diolah.

Mencoba resep baru ala suami
Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu sering memasak. Sejak memilki asisten rumah tangga, pekerjaan dan urusan dapur sudah terdelegasikan dengan sendirinya. Namun, di saat saya dan keluarga tidak memiliki rencana menghabiskan liburan di luar rumah, hobi lama pada kegiatan memasak menjadi pilihan yang menyenangkan. 

Dadar isi daging dan sayur + bumbu kacang
Suami saya yang punya hobi menonton acara food channel di tivi pun suka berkreasi dengan masakannya. Biasanya kalau si Bapak sudah turun ke dapur, anak-anak kami pun ikut berbaur. Minimal bisa dimintai bantuan mengambilkan bahan yang akan diracik dan diolah menjadi masakan baru. Kritikan dan pujian akan melengkapi kegiatan ini setelah masakan dicicipi. Sesi ini pasti akan menambah keseruan.

2. Pilih film yang bisa ditonton bersama
            Punya hobi menonton? Kegiatan menonton film bersama di rumah bisa jadi alternatif pengisi liburan yang menyenangkan. Tinggal pilih film yang bisa dinikmati bersama seluruh anggota keluarga. Bisa film yang sedang diputar di tivi, maupun dari koleksi DVD jika memilikinya. Kalau tidak, bisa membeli dan mempersiapkannya sebelum hari libur tiba. 

DVD koleksi keluarga kami

            Di postingan One Day One Post beberapa hari lalu, saya pernah menyebutkan kalau kami sekeluarga adalah SuFi (baca: Suka Film). Menonton film bagi kami tidak harus ke bioskop saja. Di rumah pun bisa. Syukur kalau ada film di tivi yang kebetulan kami sukai bersama, maka acara nonton bareng di depan tivi menjadi salah satu pengisi liburan di rumah yang mengasyikkan. Jika tidak, biasanya suami saya suka membongkar-bongkar koleksi DVDnya yang jumlahnya lebih dari seratus itu. Original lho semuanya. Kami rembukan untuk memilih film yang mana yang bisa ditonton bersama. Jika tidak sesuai, tidak menjadi masalah, salah satu atau dua di antara kami bisa memilih kegiatan lain tanpa perasaan kecewa.

3. Rapi-rapi lemari buku dan bersih-bersih rumah
            Ini yang paling seru dan heboh. Tanpa terasa biasanya hari tiba-tiba sudah sore saja. Jika di rumah ada lemari tempat memajang semua buku-buku bacaan, bikin kegiatan merapikannya menjadi pengisi waktu libur yang mengasyikkan. Selain lemari buku jadi rapi, anak-anak juga bisa diajak untuk belajar merawat buku-buku koleksi keluarga.
 
Versi lemari buku kami yang sudah dan belum dirapikan ^_^
Kalau di rumah saya, kami memiliki koleksi buku bacaan yang jumlahnya lumayan banyak. Tersebar di tiga lemari. Biasanya letak dan susunan buku-buku itu tidak bisa bertahan lama dalam hitungan sebulan. Meskipun suami saya sudah menetapkan aturan bagi siapa saja yang membaca buku yang diambil dari lemari, harus dikembalikan lagi ke tempatnya semula jika sudah selesai, tetap saja anak-anak lalai. Maka, saat liburan hanya di rumah saja, kegiatan merapikan buku-buku itu menjadi pilihan bersama. Termasuk membersihkan semua ruangan rumah dan kamar masing-masing.

4. Membaca
            Mengisi liburan di rumah dengan membaca sebenarnya tidak mutlak. Sebab di hari lain pun ini bisa dilakukan. Namun, ada keluarga yang memang memiliki kegemaran yang sama di waktu yang sama. Maka, kegiatan membaca bersama anggota keluarga bisa jadi pilihan untuk mengisi liburan di rumah.

Si Kakek pun ikut menikmati liburan di rumah dengan membaca ;)
Bagi saya dan keluarga, membaca bisa jadi alternatif pengisi liburan bersama, tapi masing-masing kami tetap bebas memilih posisi membaca. Tidak di waktu dan tempat bersamaan macam di perpustakaan. Ada yang membaca sambil tiduran di kamar, di teras lantai atas, maupun sambil tiduran di depan tivi. Saya tidak terlalu mengaturnya. Asalkan semuanya merasa nyaman. Yang penting kegiatan membaca tetap menjadi sesuatu yang menghibur saat libur tak ke mana-mana.

5. Berkebun dan merapikan tanaman
            Berkebun bisa dijadikan pilihan juga untuk mengisi liburan di rumah. Apalagi jika punya halaman yang luas, bercocok tanam bisa menghabiskan waktu tanpa terasa. Bahkan bisa dijadikan momen belajar dan mengenal jenis-jenis tanaman bersama keluarga. 
 
Siap berkebun dan merapikan tanaman

            Nah, yang ini biasanya jadi pilihan suami saya jika mood-nya lagi baik. *hahaha … ngakak ala nyonya besar* Sementara suami memangkas tanaman yang sudah menjulang tinggi di halaman, saya membantu mengumpulkan daun-daun dan ranting-ranting yang ditebasnya. Mira dan Khalid mendapat bagian untuk membuangnya ke tempat sampah. Terkadang anak-anak kami memilih menyediakan minuman ringan buat saya dan bapaknya.

6. Menikmati musik
            Menikmati musik bisa jadi terapi dan relaksasi. Agar tidak bosan menghabiskan hari libur di rumah, kita bisa mengisinya sambil menikmati musik-musik pilihan. Jika mahir memainkan alat-alat musik dan punya koleksi alatnya, malah akan semakin seru. 
 
Yang senang main gitar bisa memuaskan hobinya
            Kami berempat senang musik, tapi tidak semuanya bisa menyanyi. Jadi, jika liburan tidak ke mana-mana, biasanya Mira anak saya memilih mengisi waktunya dengan bermain keyboard. Sementara si Bapak menikmati koleksi lagu-lagu yang ada di hapenya. Khalid memilih berlatih gitar di kamarnya. Saya sendiri sesekali ikut berbaur dan menjadi penyanyi saat Mira memainkan musik yang saya hapal lagunya.

7. Olahraga
            Kegiatan berolahraga bersama anggota keluarga bisa menambah gairah. Kesibukan dan rutinitas sehari-hari yang telah menyita waktu tentunya akan membuat kita terlupa untuk menjaga kebugaran. Maka, saat liburan di rumah, kegiatan ini bisa dijadikan penyegaran bersama angggota keluarga. Tidak perlu yang berat-berat. Senam dengan menggunakan panduan musik dari DVD pun bisa. Jika memiliki alat-alat olahraga di rumah seperti treadmill, sepeda statis, dan sansak tinju, akan lebih seru lagi. 
 
Mari membugarkan diri ;)

Intinya, olahraga di rumah bersama keluarga itu pasti bikin semangat karena bisa saling memotivasi. Saya dan keluarga pun senang melakukannya.

8. Memuaskan hobi memotret
            Jika senang memoto, liburan di rumah pun bisa memuaskan hobi tersebut. Tidak harus mendatangi tempat-tempat wisata yang butuh biaya. Pilihlah objek di sekitar rumah yang bisa dijadikan objek menarik untuk menambah koleksi foto.

Salah satu kamera yang selalu dipakai Mira
Hasil editan Mira dari memotret di halaman rumah kami
            Kami pun suka melakukannya. Foto selfie, wefie, atau membidik objek tanaman di halaman rumah, sudut ruang, dan apa saja yang bisa jadi koleksi foto, bisa menjadikan kesenangan sendiri saat liburan di rumah. Menguntungkan juga buat saya yang terkadang butuh foto sebagai pendukung artikel yang sedang saya kerjakan. Koleksi foto-foto hasil jepretan sederhana Mira, saya, atau suami, bisa dimanfaatkan.
            Itulah beberapa kegiatan yang bisa dijadikan tips menikmati liburan di rumah ala saya dan keluarga. Silakan dicoba atau menambahkannya dengan kegiatan lain. Yang penting hasilnya bisa menambah gairah untuk memulai rutinitas setelah liburan usai. [Wylvera W.]

Note: 
Postingan ke-14 One Day One Post Challenge Fun Blogging

Kamis, 07 April 2016

Melihat Air Terjun di Niagara Falls



Perjalanan menuju Niagara Falls pun dimulai
            Catatan kenangan ini masih bagian dari perjalanan liburan kami di Amerika. Sekaligus memenuhi One Day One Post Challenge dari Fun Blogging.  
               Waktu itu, liburan musim panas di tahun kedua kami berada di sana, belum berakhir. Kami belum memutuskan akan mengunjungi kota yang mana lagi. Tiba-tiba anak saya asal sebut saja.
            “Niagara Falls itu jauh nggak, Pak?”
            Pertanyaan itulah yang mengawali rencana perjalanan kami berikutnya. Anak-anak ingin sekali melihat Air Terjun Niagara dari dekat. Tidak pakai mikir lama, kami pun kembali menyusun persiapan menempuh perjalanan dari Urbana, Illinois menuju Niagara Falls. Total waktu yang harus kami tempuh sekitar  9½ jam (633 miles).

Kota-kota yang kami lewati
            Sehari setelah menyusun segala persiapan, kami pun berangkat menuju Niagara Falls. Mobil kesayangan kami kembali “disulap” bagai mobil karavan. Isinya macam-macam. Ada koper, rice cooker, makanan dan minuman, bantal, selimut, dan perlengkapan untuk bekal perjalanan jauh lainnya. Anak-anak saya semangat sekali. Saat-saat seperti itu yang selalu membuat Mira dan Khalid excited. Ikut mempersiapkan perlengkapan perjalanan jauh menempuh kota-kota di Amerika menjadi momen yang mereka tunggu-tunggu setiap liburan tiba.

Tiba di Niagara Falls
            Perjalanan panjang dari Urbana, Illinois akhirnya membawa kami ke Niagara Falls, sebuah kota yang terletak di perbatasan antara Amerika dan Kanada. Kami tidak langsung menuju ke lokasi air terjun. Perjalanan jauh selama sembilan jam yang sudah dilewati, membuat kami butuh istirahat. Kami memilih salah satu motel untuk menginap semalam. 

Mira dan Khalid saat tiba di motel (lapar dan mengantuk)
Rice cooker itu selalu ikut serta
            Kami memilih mencari penginapan yang ada di Niagara Falls dengan harga yang tidak terlalu mahal. Maklumlah, saat itu status suami saya ‘kan student. Untung dapat yang murah. Harga per malamnya lebih murah dibanding hotel lainnya dan tidak semahal di kota Buffalo yang posisinya juga dekat dengan Niagara Falls.

Melihat Air Terjun Niagara
            Keesokan paginya, Mira dan Khalid tidak sabar ingin segera melihat air terjun. Mereka sempat mendengar teman-teman sekolahnya bercerita tentang Air Terjun Niagara itu. Setelah check out dari motel, kami langsung menuju lokasi air terjun.

Mira sempat-sempatnya berfoto di situ ^_^
            Air terjun Niagara berada di sungai Niagara yang letaknya di garis perbatasan negara bagian Amerika Serikat, New York dan Kanada, Ontario. Posisi air terjunnya sendiri berjarak sekitar 27 kilometer sebelah Utara Barat Laut kota Buffalo, New York dan 120 kilometer Tenggara Toronto, Ontario.

Berkeliling area wisata air terjun dengan bus wara-wiri

            Di kawasan Niagara terdapat tiga air terjun utama, yaitu Horseshoe Falls, American Falls dan Bridal Veil Falls. Horseshoe Falls (bentuknya seperti tapal kuda) adalah air terjun utama yang terbesar dengan tinggi sekitar 57 meter dan lebar 790 meter. Letak utuhnya ada di bagian Kanada. Sementara, American Falls berada di sisi negara Amerika dengan lebar 320 meter. Air yang mengalir dari air terjun Niagara adalah 6.400 m3/detik. Wow! Deras banget ya? 

Menunggu Bapak membeli tiket boat
Air terjun Niagara sudah terbentuk sejak dua belas ribu tahun silam. Menurut sejarahnya, air terjun itu terbentuk dari tabrakan glacier (konsentrasi massa es yang luar biasa besar) yang mencair dalam volume besar, berasal dari Danau Great Lake dan Danau Ontario.
            Sebenarnya, posisi yang paling bagus untuk melihat Air Terjun Niagara adalah dari Kanada. Dari sana kita bisa mengambil foto tepat di depan air terjun. Berbeda jika kita berada di posisi Amerika. Foto-foto yang bisa diabadikan hanya dari posisi samping.

Foto berduaan dulu (abaikan pria berkaus cokelat di sebelah saya:p)
 Melihat daya tarik itu, suami saya awalnya masih ingin mencoba, tapi ternyata tidak mudah. Kami belum memiliki visa Kanada. Selain itu, kami juga sempat melihat kalau pemeriksaan imigrasi saat ingin kembali ke Amerika jauh lebih rumit dan ketat ketimbang menuju Kanada. Jadi, keputusan untuk menikmati air terjun dari sisi Amerika adalah yang paling tepat saat itu.
            Setelah menemukan parkir mobil di dekat One Niagara Center, suami mengeluarkan uang sebesar  US$ 5 untuk seharian. Sebenarnya ada juga tempat parkir resmi lainnya di Niagara Falls State Park. Tapi tarifnya dua kali lipat. Kami memilih yang lebih murah saja. Satu yang perlu diingat jika berkunjung ke sana dengan membawa mobil pribadi adalah jam kedatangan. Jika terlalu siang, maka kemungkinan tidak akan mendapatkan lahan parkir. Area untuk parkir tidak terlalu luas.

Berbasah-basah yang menyenangkan
            Begitu tiba di kawasan wisata Air Terjun Niagara, kami memilih ikut boat tour Maid of the Mist dengan tarif US$ 15,5, sudah termasuk pajak. Sebelum menaiki boat, kami menyempatkan naik tangga ke Lower George (harga tiketnya sudah sepaket dengan Maid of the Mist). 
 
Tangga yang harus kami naiki (foto diambil saat tiba di atas)
Sebelum sampai di anak tangga paling puncak
Percikan air terjun semakin terasa
Sampai di puncak tangga, kami benar-benar seperti mandi. Percikan air terjun begitu deras membasahi tubuh. Untunglah kami diberi perlengkapan jaket anti air. Jadi baju tidak ikutan basah kuyup. Sepatu pun harus diganti dengan sandal yang disewakan.

Mulai berbasah-basahan (kameranya ikut kecipratan)
Asyiiik ... si Bapak happy banget saat tiba di puncak tangga

          Setelah puas hiking di anak tangga yang lumayan tinggi posisinya, kami pun turun dan melanjutkan naik boat tour Maid of the Mist. Jaket anti air ditukar dengan warna lain. Saat kapal mulai bergerak, Mira dan Khalid terkagum-kagum memandangi air terjun yang semakin mendekat.  Masya Allah ...! Begitu hebat ciptaan Allah SWT itu. Tak ada yang tak mungkin bagi-Nya.
 
Itu kapal boat yang kami naiki

            Akhirnya kapal kami mendekati dua air terjun yang ada di Niagara Falls State Park, yaitu American Falls dan Horseshoe Falls (di sisi yang berbeda jika dilihat dari Kanada). Semakin dekat, semua yang di kapal seolah seperti diterpa air hujan yang deras. 

Semakin dekat, tidak bisa foto-fotoan lagi
Basaaah ...!
Jaket anti air tidak mampu melindungi baju kami dengan sempurna. Tetap saja ada yang basah. Seperti terkena badai hujan rasanya. Namun, walaupun berbasah-basah dan tidak bisa mengambil foto, kami benar-benar menikmati pengalaman seru itu.

Melihat akuarium dan nonton sulap
            Setelah puas melihat Air Terjun Niagara, kami pindah ke area wisata lain yang letaknya masih di lokasi yang sama. Mira dan Khalid ingin melihat akuarium. Tapi, mereka sedikit kecewa. “Enggak sekeren Seaworld di Jakarta!” seru Khalid ketika melihat kondisi akuarium yang sederhana itu.

Foto bareng hiu
Pertunjukan sirkus anjing laut
Ikan-ikan di dalam akuarium yang tak selengkap Seaworld Jakarta
            Bosan melihat pertunjukan anjing laut di kawasan akuarium, Mira dan Khalid mengajak saya dan bapak mereka menonton sulap. Saya tidak tahu nama lokasi pertunjukan itu. Lupa. Yang saya ingat, Khalid begitu tekun memerhatikan teknik yang dipertontonkan pemain sulapnya.

Pertunjukan sulap
            Selepas menonton sulap, makan, dan sholat, kami masih di area air terjun Niagara. Suami saya mengajak untuk menunggu malam dan melihat warna-warni lampu yang memancar ke arah aliran air terjun. Benar saja, begitu hari mulai gelap, kilau lampu-lampu menerpa permukaan air. Indah sekali. Sayang, kamera kami waktu itu belum terlalu canggih untuk menangkap secara tajam semua pencahayaan. 
Warna-warni cahaya di air terjun yang rendahnya tidak tertangkap kamera kami :(
            Yang membuat hati menyimpan obsesi adalah saat melihat kota Kanada di belakang kami berdiri. Saya yakin, saat itu di sana pasti lebih indah pemandangan air terjunnya. Semoga obsesi itu bisa terwujud suatu hari. Siapa yang bisa menduga, jika suatu hari kelak, kami sampai ke Kanada untuk mengulang cerita dalam versi berbeda. Aamiin ….

Kanada dari kejauhan
Sebelum meninggalkan lokasi air terjun
            Sebelum mengakhiri cerita ini, saya ingin memberitahukan bahwa waktu berkunjung ke area Air Terjun Niagara adalah antara bulan Juni – Agustus. Agar tidak terlalu dingin. Lagi pula, boat tidak akan beroperasi di musim dingin. Itu saja. See you in the next story. [Wylvera W.]

Note: Postingan hari ke-12 One Day Post Challenge Fun Blogging
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...