Jumat, 18 September 2015

Pantai Lovina dan Air Terjun Campuhan

Pantai Lovina di pagi hari (dokpri)
Akan sangat menyesal rasanya, jika sudah sampai di pulau Bali yang sarat dengan keindahan wisatanya ini, tapi tak menyempatkan diri untuk merekamnya dalam catatan. Karena saya tidak datang sendiri ke pulau Bali, maka saya pun harus berunding dengan teman sekamar untuk mengambil paket yang ditawarkan. Memilih paket perjalanan seperti mengundi keberuntungan. Setelah berdiskusi, akhirnya kami memutuskan mengawali wisata menuju Pantai Lovina dengan tarif 450 ribu rupiah untuk dua belas jam perjalanan dengan mobil.
Perjalanan dimulai pada pukul 03.00 dinihari. Kami berangkat dari Ubud View (tempat kami menginap selama di Ubud), Bali. Mata kami masih lengket oleh rasa kantuk, tapi hati tetap semangat menyusuri udara dinihari di sepanjang jalan. Sambil menyetir, sopir yang membawa kami, mulai bercerita tentang Lovina. Pantai Lovina terletak di pesisir Utara pulau Bali, sekitar sembilan kilometer arah Barat Singaraja. Pantai ini bisa diakses dari Denpasar, Kuta, Ubud, dan destinasi mana saja tempat Anda menginap di Bali.

Pagi di Pantai Lovina.
Sekitar dua jam waktu yang kami habiskan dari Ubud menuju Pantai Lovina. Matahari pagi sudah mulai terang ketika kami tiba di Pantai Lovina. Kami pun bergegas turun dari mobil. Rasa ingin tahu saya tentang pantai ini semakin menggebu-gebu. Ada apa sebenarnya dengan pantai yang tenang ini? Ternyata, Pantai Lovina termasuk salah satu objek wisata yang suka dikunjungi oleh turis, baik dari mancanegara maupun domestik, karena kealamian pantainya. Ditambah oleh keindahan kawasan pantai yang sangat tenang, pasirnya yang kehitam-hitaman, serta keindahan karang dan berbagai spesies ikannya, sangat memikat mata. 

Saya dan Dyah memuaskan diri foto-fotoan ^_^ (dokpri)
Masih pagi, jadi warung-warung itu cuma jual minuman hangat (dokpri)
Airnya yang tenang  sangat cocok bagi yang hobi berenang, memancing, berlayar, mendayung, atau sekadar berendam di laut. Dengan snorkeling, menyelam ke dasar laut, kita bisa menjumpai berbagai spesies ikan hias, batu karang, serta tumbuhan khas bawah laut. Di pantainya, kita bisa menemukan berbagai kulit kerang dengan aneka ragam warna. Jika suka, bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh gratis dari Lovina.

Dolphin, ikon memikat dari Pantai Lovina.
Daya tarik lainnya yaitu dolphin atau lumba-lumba dalam bahasa Indonesia. Kurang lebih satu kilometer dari lepas pantai, ratusan lumba-lumba dapat kita lihat di pagi hari. Namun, tidak setiap waktu kita bisa bertemu dengan lumba-lumba di Lovina. Tentu ada syarat untuk bisa berjumpa dengan lumba-lumba ini. Kita harus berangkat ke tengah laut pagi-pagi sekali. Karena lumba-lumba biasanya muncul antara pukul 06.00 sampai 08.00 pagi. Sementara bulan yang terbaik untuk melihat lumba-lumba adalah bulan Mei sampai dengan September. 

Tugu Lumba-lumba (dokpri)
Jika tak ingin tergesa-gesa bangun pagi dan ingin mendapatkan momen bertemu lumba-lumba, bisa menginap. Ada penginapan yang tersedia di sekitar Pantai Lovina dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk menyaksikan atraksi lumba-lumba ke tengah laut, bisa menyewa perahu nelayan setempat dengan tarif tertentu. Mulai dari 200 ribu per orang. Jangan lupa mengenakan baju pelampung demi keselamatan di tengah laut.
Dari mana asal nama “Lovina”?        
Mengapa diberi nama “Lovina”? Belum ditemukan sumber yang akurat mengenai asal mula nama pantai ini. Menurut berbagai sumber, nama “Lovina” tidak bisa lepas dari sosok Anak Agung Panji Tisna (keturunan Raja Buleleng dan sastrawan terkenal). Anak Agung Panji Tisna pernah melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa dan Asia. Saat beliau berkunjung dan tinggal beberapa hari di Bombay (Mumbay), beliau tertarik dengan kehidupan masyarakat di sana.

Panji Tisna juga melihat suatu tempat yang ditata indah untuk orang-orang yang berlibur di pantai. Tanah tersebut memiliki kesamaan dengan tanah miliknya di pantai Tukad Cebol – Buleleng - Bali Utara, yang juga terletak di antara dua buah aliran sungai. Inspirasi Panji Tisna pun muncul untuk membangun sebuah peristirahatan yang mirip seperti itu.


Lovina, dalam bahasa latin berarti saling mengasihi, saling menyayangi. Menuru Panji Tisna, Lovina memiliki makna filosofis. Kata "Love" dari bahasa Inggris berarti kasih yang tulus dan "Ina" dari bahasa Bali berarti "ibu". Menurut Anak Agung Panji Tisna, arti "Lovina" adalah "Cinta Ibu" atau arti luhurnya adalah "Cinta Ibu Pertiwi".

Air Terjun Campuhan.
Meskipun cuaca masih belum sempurna terang, namun pemandangan selama di perjalanan mampu menyuguhkan berbagai panorama alam yang begitu indah. Matahari mulai tinggi ketika kami meninggalkan Pantai Lovina. Setelah puas menikmati panorama pantai tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Gitgit, Kabupaten Buleleng. Air Terjun Campuhan menjadi objek wisata kami selanjutnya.
Pamflet lokasi Air Terjun (dokpri)
Air Terjun Campuhan ini adalah air terjun yang sangat terkenal di Bali. Dengan ketinggian sekitar 45 meter, Air Terjun Campuhan ini juga dikenal dengan nama Air Terjun Kembar Gitgit. Lokasinya berada di pinggir Jalan Raya Denpasar – Bedugul – Singaraja. Desa Gitgit termasuk dalam kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, berjarak sekitar 11 km dari Singaraja, ibu kota Buleleng.         

Saya di lokasi air terjun (dokpri)
            Di desa Gitgit terdapat banyak air terjun, tetapi yang terkenal hanya dua, yaitu Twin Waterfall (Air terjun Campuhan) dan Gitgit Waterfall. Dalam bahasa Bali, Campuhan artinya percampuran atau pertemuan. Air Terjun Campuhan maksudnya adalah pertemuan dua air terjun yang letaknya berdampingan. Air Terjun Campuhan atau Air Terjun Kembar Gitgit ini terlihat unik. Tidak seperti kebanyakan air terjun yang biasanya berada di tebing yang curam, letaknya justru ada di antara perkampungan penduduk dan kebun cengkih. Sumber air terjun ini adalah tiga mata air. 

Anak tangga yang tersusun rapi.
Air Terjun Campuhan berada sekitar 500 meter dari area parkir. Untuk mencapai lokasi air terjun, kami ditemani oleh pemandu wisata yang biasa menunggu di lokasi wisata ini. Awalnya kami tak mengira kalau harus naik turun tangga untuk mencapai air terjun tersebut. Kami harus menyusuri jalan setapak dan menuruni serta menaiki beberapa anak tangga untuk mencapainya. Karena Air Terjun Campuhan sudah sangat tersohor, maka jalanan yang kami susuri sangat terawat. Begitu juga dengan tangganya yang bertingkat rapi, sehingga memudahkan kami untuk menyusurinya.

Tangga yang bikin sesak napas (dokpri)
Di bawah air terjun terdapat kolam berukuran kecil dengan airnya yang sangat bening dan dingin. Air terjun ini terlindung di antara tebing yang sempit dan dikelilingi pepohonan hijau sehingga suasana di sekitar air terjun terasa agak gelap. Sebelum sampai ke air terjun, terlihat aliran sungai yang menyejukkan, panorama alam yang indah dengan persawahan dan perkebunan penduduk.

Menghirup aroma cengkih dan rempah-rempah.
            Di dalam lokasi tersebut, kami tak hanya bisa menikmati keindahan air terjun dan sumber matar air terjun saja. Di sini juga tumbuh subur pohon cengkih yang selalu dipanen pada musimnya. Kebetulan saat itu kami berkesempatan melihat cengkih-cengkih yang sedang dijemur. Menurut pemandu wisata, masa jemur cengkih-cengkih itu bisa sepuluh hari sampai dua minggu, tergantung pada cuaca. Selain pohon cengkih, di lokasi Air Terjun Campuhan juga ditanam lada/merica hitam, pohon cokelat, pohon vanili, dan pohon kopi.

Aroma cengkihnya terasa banget (dokpri)
Pohon vanili (dokpri)
Pohon cokelat (dokpri)
Sungguh paduan alam yang sangat memanjakan mata. Gemercik air terjun yang terdengar dibelai oleh aroma cengkih yang khas, membuat mata, telinga, dan paru-paru terasa segar saat menarik nafas. Rasanya kami ingin berlama-lama di bawah curahan air terjun yang menakjubkan, tapi kami harus meninggalkannya. Betapa indah ciptaan Sang Maha Penguasa alam.

Tempat istirahat sekaligus berbelanja.
            Ketika mata sudah puas menikmati keindahan air terjun, kaki kami pun ingin diistirahatkan. Senang sekali rasanya, karena di dalam area wisata Air Terjun Campuhan juga disediakan tempat istirahat dan penjual jajanan ringan serta air minum. Kami pun bisa melepas lelah dan dahaga sambil berbincang dengan penjualnya.

Dipilih...dipilih.... ^_^ (dokpri)
Pengin beli rempah-rempah, ada di sini (dokpri)
Tak hanya itu, jika ingin membeli rempah-rempah, tempat ini juga menyediakannya. Bahkan baju dan beberapa kain khas Bali juga dijual di sini. Jangan lupa membeli suvenir yang sama mutunya dengan yang dijual di luar area wisata air terjun. Silakan menawar. Jika beruntung, akan mendapatkan barang yang bagus dengan harga yang diinginkan.

            Di lokasi Air Terjun Campuhan tidak diperbolehkan mandi di bawah air terjun yang tingkat kedalamannya melebihi ukuran tinggi orang dewasa. Lalu, tidak boleh memetik cengkih dan rempah-rempah lain yang tumbuh di lokasi itu. Jika berminat, mereka sudah menyediakannya untuk dibeli.

Naik apa?
            Untuk mencapai Pantai Lovina dan Air Terjun Campuhan, bisa menyewa mobil dari berbagai tempat menginap di Bali dengan beragam tarif sewa mobil sesuai dengan durasinya. Untuk satu hari perjalanan (12 jam), harganya dimulai dari 400 – 450 ribu rupiah. Harga ini sudah termasuk ongkos sopir, parkir, dan bensin. Dan, tarif ini sebenarnya bisa dihemat dengan cara berbagai dengan teman seperjalanan.

Tarif Perahu, dolphin show, berfoto, berenang, snorkeling.
Tarif perahu untuk melihat lumba-lumba di tengah laut, tarifnya sekitar 200 ribu rupiah per orang. Untuk melihat pertunjukan lumba-lumba (dolphin show) selama 20 menit, tiket masuknya 60 ribu rupiah, gratis untuk yang menginap di hotel Melka. Jika ingin menyentuh dan berfoto dengan lumba-lumba, dikenakan biaya 25 ribu rupiah per orang. Sedangkan berenang, snorkeling, dan menyelam dengan lumba-lumba, tarifnya 450 ribu rupiah per orang.

Tiket masuk.
            Untuk masuk ke lokasi Air Terjun Kembar Gitgit atau Air Terjun Campuhan, dikenakan biaya sebesar 5000 rupiah tanpa pemandu. Tapi, jika ingin menggunakan jasa pemandu, mereka selalu menawarkan harga 100 ribu rupiah untuk melihat dua air terjun atau 200 ribu rupiah untuk melihat ketiga air terjun yang ada di lokasi tersebut.
            Karena saya pergi berdua, maka jika dihitung-hitung, total rupiah yang saya habiskan menuju kedua lokasi wisata (Pantai Lovina dan Air Terjun Campuhan), termasuk makan siang dan jajan di lokasi wisata, tak lebih dari 600 ribu rupiah. Tapi, agar lebih puas lagi, bisa saja melebihkan anggaran agar bisa membeli beberapa suvenir sebagai cinderamata. [Wylvera W.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...