Sabtu, 04 November 2017

Dari Museum Berakhir di Patung Liberty



New York bukan saja kota yang menyajikan kehidupan yang seakan tak ada matinya. Menjejakkan kaki di kota terpadat di Amerika Serikat dan kota global terdepan yang memberi pengaruh besar terhadap ragam putaran bisnis dunia ini, memaksa kami harus jeli memilih objek untuk diabadikan dalam sebuah catatan kenangan. Maka ketika kesempatan untuk hadir dalam hitungan hari yang terbilang singkat, kami tidak bisa meraup semua kesempatan. Pilihan yang disesuaikan minat dan selera menjadi faktor penentu tujuan menyinggahi kota ini.

Efek setting film yang memancing rasa penasaran
Di postingan sebelumnya, saya sudah menceritakan beberapa lokasi wisata New York yang pernah kami singgahi. Di bagian akhir saya ceritakan bahwa kami sudah memesan tiket untuk mengunjungi Statue of Liberty. Selepas itu, kami bingung memilih tempat wisata lainnya. Untunglah suami saya punya tawaran menarik. Begitu diajak ke American Museum of Natural History (AMNH), anak-anak langsung berseru girang. Sisa waktu di hari itu benar-benar kami manfaatkan sebaik mungkin. 
American Museum of Natural History (sumber)
Kami melanjutkan perjalanan menuju American Museum of Natural History, salah satu museum terbesar dan terkenal di dunia. Lokasinya terletak di Central Park West at 79th Street, New York City, Amerika Serikat. Yang membuat anak-anak saya antusias karena mereka ingat bahwa museum ini pernah dijadikan setting film “Night at the Museum”. Film komedi Amerika yang dibintangi aktor komedian Ben Stiller ini, dirilis pada tahun 2006 dan diputar pertama kali di New York. Film yang mengisahkan pengalaman seru seorang penjaga museum ini sangat digemari anak-anak saya pada masa itu.
Satu hal yang bikin mereka penasaran dalam film itu. Diceritakan bahwa di hari pertama Larry Daley (tokoh utama di film tersebut) yang bekerja sebagai satpam di Natural History Museum terkejut melihat benda-benda yang dipajang dalam museum tersebut bisa hidup dan bergerak. Keajaiban itu terjadi pada malam hari. Bagaimana jika dilihat pada siang hari? Begitulah puncak rasa ingin tahu yang menggiring kami ke sana. 

Fans dinosaurus dan sejenisnya :p (dokpri)
(dokpri)
Ketika sampai di depan museum, anak-anak tak sabar ingin segera melihat isi gedung yang besar dan megah itu. Komplek American of Natural Museum ini terdiri dari 45 ruang pameran (exhibition hall) permanen, 1 planetarium, dan 1 ruang perpustakaan. Yang paling menakjubkan, museum ini memiliki sekitar 32 juta spesimen. Dari begitu banyaknya spesimen (walaupun tidak semua dipamerkan secara bersamaan), kami hanya sanggup melihat sebagiannya saja. Spesimen-spesimen itu terdiri dari kategori hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan, mineral, fosil, bebatuan, artefak, dan meteorit. Di museum ini pengunjung juga bisa melihat asal-usal manusia dan sejarah evolusi.
Kurang sangar dikiiit :p

Khalid meniru gaya kerangka binatang di sebelahnya, hahaha

Beberapa kali saya mendengar gumaman kata-kata “Awsome!” “Amazing!” dari anak-anak saya. Tentu saja, di tanah air mereka belum pernah melihat isi museum sejenis sekomplit itu. Selain itu, si bungsu Khalid sesekali seolah mengajak bicara beberapa hewan pajangan yang berada di balik kaca. Menggelikan memang tapi itulah naluri anak-anak. Mereka ingin membuktikan antara yang nyata dan khayalan dari sebuah film sukses yang sempat membuat mereka terkagum-kagum. Hanya sayang, momen kenangan lebih banyak tersimpan dalam bentuk video. Di sini saya hanya menampilkan foto-foto kami yang tersisa di kamera saja.

Burung-burungnya seperti hidup
Dari keterangan sejarah di Wikipedia, saya membaca bahwa sebelum pembangunan komplek museum,  American Museum of Natural History berlokasi di gedung Arsenal di Central Park. Theodore Rooselevelt, Sr., ayah Presiden AS ke-26 adalah salah satu pendiri museum itu. Sementara pendirian museum tersebut merupakan ide dari Dr. Albert S. Bickmore. Albert pernah menjadi murid zoology Louis Agassiz di Museum Zoologi Kontemporer, Universitas Harvard. Bisa jadi, ilmu yang dimiliki Albert pulalah yang melatarbelakangi pendirian dan ide untuk mengisi museum menjadi sedemikian rupa.
Foto atas dan bawah dari keluarga kera-keraan
Mira pengin kenalan sama yang di dalam itu :p
Melihat luas dan banyaknya ragam koleksi di museum itu, kami terpaksa memilih. Adegan Larry yang dikejar-kejar dinosaurus dan penghuni museum lainnya membuat perhatian kami langsung tertuju pada kerangka makhluk purba itu. Kunjungan kami terpusat pada dinosaurus dan sebangsanya serta beberapa koleksi diorama habitat hewan lainnya. Semua terkesan begitu alami membuat yang melihat serasa berada bersama habitat tersebut. Namun keterbatasan waktu memaksa kami menghentikan penjelajahan ke seluruh isi museum.
Untuk menikmati isi museum, kita tinggal menyiapkan uang pembeli tiket masuk sekitar US$22 untuk dewasa dan US$ 12 untuk anak usia 2 – 12, serta US$17 untuk pelajar.

Simbol kebebasan dari Statue of Liberty
            Singkatnya hari di New York akhirnya menyempatkan kami mengunjungi Ellis Island. Tiket sudah dipesan sehari sebelumnya di Battery Park, Selatan Manhattan. Kami mengambil tiket tersebut di counter pengambilan tiket Liberty Statue. Selanjutnya kami ikut mengantri di pintu masuk sebuah ruangan pemeriksaan, arah menuju dermaga. Lumayan panjang dan lama antrian menuju kapal ferry yang akan membawa kami ke Pulau Ellis, tempat patung Liberty itu.
Anak-anak saya mulai gelisah. Demi mengalihkan perhatian, kami akhirnya bermain tebak-tebakan. “Perempuan … perempuan apa yang nggak pernah mandi tapi malah selalu pengin dilihat dan diajak fotoan?” Saya melemparkan pertanyaan humor ke anak-anak. “Whaaat?” Anak-anak refleks menutup hidung mereka. Tiba-tiba Khalid berseru, “Libertyyy …!” pecahlah tawa yang mampu mencairkan kebosanan dalam antrian itu. Untung saja, para pengunjung tidak mengerti isi perbincangan kami.

Di atas kapal ferry
Wajah antara dingin dan efek lelah mengantri
            Akhirnya kami menaiki kapal juga. Langit yang sedikit mendung membuat jarak tangkap kamera tidak cukup memuaskan. Suami saya tak mau menyerah dan tetap mengabadikan setiap momen dalam handycam yang dipegangnya. Udara musim dingin sesekali membuat kami menarik dan melepaskan nafas. Cara termudah untuk menghalau angin yang bertiup dan menetralkan suhu badan selama kapal bergerak perlahan meninggalkan dermaga.

Patung Liberty dari kejauhan
            Setelah berjibaku melawan udara dingin di atas kapal, akhirnya kapal ferry yang kami tumpangi bersandar di dermaga Pulau Ellis. Patung berwarna hijau setinggi 46 meter yang berdiri anggun menyambut kedatangan kami. Sambutan itu seolah menunjukkan kesesuain dari simbol yang melekat pada patung tersebut. Selamat datang bagi pengunjung, imigran, dan orang Amerika yang pulang ke tanah air mereka.

Kakak Mira
Khalid yang memilih berfoto sendiri-sendiri. Hahaha
            Liberty Enlightening the World yang lebih popular dengan nama Statue of Liberty (Patung Kebebasan) ini diberikan oleh Perancis kepada Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 (28 Oktober 18886). Hingga hari ini, Patung Liberty telah menjadi ikon Amerika yang menjadi tujuan wisata banyak pengunjung dari penjuru dunia. Konon kisah pembuatan patung Liberty tidak semudah yang dibayangkan oleh para pengunjung. Begitu banyak usaha pencarian dana yang dilakukan oleh si pembuat patung demi berdirinya Statue of Liberty ini.

Melengkapi jejak kenangan
            Patung ini dibuat di Perancis oleh pemahatnya yang bernama Frederic-Auguste Bartholdi pada tahun 1871. Patung yang berbentuk sosok seorang perempuan (Dewi Kemerdekaan) diberikan kepada rakyat Amerika sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Amerika yang ke-100. Dan, sembilan tahun lalu itu menjadi bukti catatn bahwa kami pernah mengunjunginya.
            Seperti kalimat yang selalu diulang-ulang ketika kita berkumpul dalam setiap kesempatan, “Ada pertemuan, ada perpisahan”, begitulah yang kami rasakan di ujung kunjungan kami di kota New York. Semoga apa yang sudah tercatat dan juga tersimpan dalam ingatan menjadi pengaya pengalaman. Sampai berjumpa di destinasi perjalanan saya lainnya. Salam. [Wylvera W.]

Note:
Tentang sejarah beberapa lokasi bersumber dari wikipedia
Cerita sebelumnya ada di sini
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...