Laman

Minggu, 10 September 2017

Kunjungan ke York




York menjadi tujuan destinasi pertama saat kami tiba di London. Pilihan tersebut sudah disepakati sebelum kami terbang beberapa hari sebelumnya.  Saya sejujurnya tidak sempat browsing tentang kota York karena awalnya saya ingin berkunjung ke Stonehenge. Karena jarak London ke Stonehenge lumayan jauh, maka suami memutuskan mencari alternatif jarak tempuh yang lebih dekat. Saya pun mengikut saja.
Perjalanan saya dan suami sekali ini tidak seperti sebelumnya. Kami tidak memiliki waktu longgar yang bisa kami nikmati sesuai dengan keinginan sendiri. Memilih York sebagai kota pertama setelah tiba di London pun karena saat kami sampai masih hari Minggu dan kebetulan belum terlalu siang. Membeli tiket on the spot menjadi alternatif yang fleksibel. Keputusan pun membawa kami meluncur ke York dengan kereta cepat. Jarak tempuh dari Kings Cross ke stasiun York, Inggris Raya menghabiskan waktu sekitar dua jam.

Browsing sambil menikmati camilan di kereta
Saat di kereta saya sempatkan untuk menelusuri sejarah destinasi pilihan suami ini. Saat itulah saya tahu kalau York berada di daerah North Yorkshire, berdekatan dengan Sungai Ouse dan Foss. York didirikan pada tahun 1971 oleh bangsa Romawi sebagai Eboracum (benteng dan kota di Britania Romawi). York merupakan ibukota historis Yorkshire dengan jumlah penduduk sekitar 137.505 jiwa.
Ada artikel yang bercerita bahwa York juga populer sebagai kota yang mendapat julukan “The Most Haunted City in Europe” karena  menyimpan hantu-hantu dari masa lalu. Konon katanya banyak hantu yang bergentayangan di penjuru kota York. Ah! Saya kurang tertarik membaca bagian artikel yang membahas tentang hantu-hantu itu. Mungkin nanti lain waktu jika saya dan keluarga diberi kesempatan mengunjungi York di malam hari, barulah saya perlu membaca lebih jauh. Saya ingin mengenal kota York dari catatan sejarah lainnya saja sambil mencicipi camilan pengganjal perut yang sempat kami beli di stasiun Kings Cross.


York yang kaya pesona ini merupakan kota historis Yorkshire. Kotanya dikelilingi oleh tembok yang membentengi pusat kota. Sejak zaman Romawi hingga sekarang, tembok tersebut masih berdiri dengan kokoh. Kota Yorkshire juga disebut sebagai kota kecil dengan banyak bangunan tua yang sarat dengan sejarah. Karena kotanya kecil, maka mengunjungi kota York tidak perlu menaiki bis dari satu tempat ke tempat lainnya. Umumnya semua lokasi bersejarah di kota itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Dalam waktu satu hari pun kita bisa menghampiri objek wisata seperti National Railway Museum, Yorkshire Gardens, York Minster, Clifford’s Tower, dan lainnya. Semoga waktu kami cukup untuk itu, harap saya dalam hati.
Kereta masih terus melaju. Sesekali saya merekam keindahan pemandangan yang kami lewati melalui kaca jendela kereta. Dejavu! Gumam saya perlahan. Saya seolah mengulang hal yang sama seperti ketika kami sekeluarga melakukan pesiar ke beberapa kota di negara yang pernah kami kunjungi. Bibir saya pun menggurat senyum rindu pada kenangan itu.
Kembali ke kota York. Kota yang jaya di zaman Roman ini dulu dikuasai oleh Anglo-Saxon lalu direbut oleh The Vikings. Anglo Saxon sendiri merupakan negara-negara berbudaya khas dan berbeda sejarah sosial budaya dengan negara-negara di daratan Eropa Barat lainnya yang disebut kontinental. Inggris termasuk negara dengan sebutan Anglo-Saxon.

Mengunjungi National Railway Museum
            Akhirnya kami tiba di stasiun York. Stasiun ini adalah stasiun kereta api tertua di Inggris. Begitu turun dari kereta, kami langsung melanjutkan dengan berjalan kaki menuju sebuah museum. Letaknya tidak begitu jauh dari stasiun York. Begitu sampai di depan bangunan yang dituju, saya langsung menemukan nama “National Railway Museum”. Tidak perlu bayar untuk masuk ke museum ini.

Abaikan tempat sampah di sebelahnya :p

Sesaat sebelum masuk, saya mulai sibuk mengambil foto layaknya fotograper (amatiran … hehe) yang sedang melakukan kunjungan wisata. Tiba di dalam museum, mata saya terbelalak oleh tampilan beberapa jenis kereta api yang dipajang. Semua kereta yang ada di situ merupakan kereta api yang pernah ada sejak zaman kerajaan Inggris dahulu kala hingga sekarang. 




            Menurut Wikipedia, National Railway Museum (NRM) ini adalah sebuah museum di York yang merupakan bagian dari British Science Museum Group of National Museums yang menceritakan tentang transportasi kereta api di Inggris serta dampaknya pada masyarakat. Museum ini telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk European Museum of the Year Award pada tahun 2001. Museum ini adalah bangunan tempat koleksi nasional kendaraan perkeretaapian yang terlengkap secara historis.


            Setelah puas berkeliling dan berfoto-ria, kami pun meninggalkan gedung. Namun, sebelum benar-benar meninggalkan area museum, saya yang tadinya sempat melihat rangkaian gerbong kereta terparkir di luar gedung museum, menyempatkan berfoto. Kereta itu ternyata digunakan untuk tur keliling, mengantarkan para wisatawan yang ingin menikmati kota Yorkshire.

Sesaat sebelum naik kereta berkeliling kota
            Setelah menunggu beberapa saat dalam antrian yang tidak terlalu panjang, kami pun mendapat giliran naik ke kereta (mini train) itu. Perjalanan dengan mini train mengelilingi kota Yorkshire pun dimulai. Di dalam kereta yang gerbongnya sengaja didesain terbuka itu, saya sempat berbagi kisah kepada teman-teman suami. Saya teringat saat yang mirip ketika berkunjung ke Bangka Belitung. 
Saya, Mbak Ari, dan Nupi siap berkeliling dengan mini train
Waktu itu saya dan dua teman lainnya juga sempat naik kendaraan yang mirip seperti mini train ini mengelilingi sebagian kota Belitung. Suara klakson yang tren dengan guyonan lucu “om telolet om” waktu itu membuat kami tertawa. Seandainya masinis mini train ini bisa diminta membunyikan klakson serupa, mungkin tawa kami semakin berkepanjangan.
Kereta mini yang membawa kami mengelilingi Yorkshire akhirnya sampai di batas putarannya. Kami memilih turun untuk melanjutkan dengan berjalan kaki.

Mengitari The Shambles
            Tiba di The Sambles yang merupakan sebuah jalan tua di York, Inggris. Beberapa bangunan berbingkai kayu berasal dari abad ke-14 masih tampak di kiri-kanan jalan yang lebih pas saya sebut gang. Dulu area ini dikenal sebagai The Great Flesh Shambels. Bisa jadi kata itu diambil dari Anglo-Saxon Fleshammels (rak daging), sebutan untuk rak-rak yang biasa digunakan tukang daging untuk menampilkan daging dagangan mereka. Namun, saat ini tukang jagal daging yang dulu masih berada di sepanjang jalan tidak ada lagi.

Salah satu gang di The Shambles
Apakah yang sedang dipandanginya? #The Shambles
            Jalanan yang mengitari The Shambles dipenuhi oleh rumah-rumah yang rapat berjajar di sepanjang gang. Orang-orang yang melintas begitu menikmati bangunan rumah yang sekaligus dijadikan toko itu. Tidak seperti zaman dulu yang katanya di kiri-kanan bangunan sepanjang The Shambles ini dipadati oleh para penjual daging. Sekarang yang terlihat adalah bermacam-macam toko pakaian branded, suvenir, makanan, dan penampilan para seniman jalanan.
            Tidak terasa kami terus berjalan memuaskan pandangan di sepanjang The Sambles yang cukup populer dari kota Yorkshire ini.

Tiba di sisi Clifford’s Tower
Wisata jalan kaki ini akhirnya membawa kami mendekat pada sebuah bangunan mirip tembok berbentuk melingkar penuh. Rumput yang terhampar rapi di sekelilingnya langsung membuat saya ingin sekali mendudukinya. 

Di belakang sana towernya
 Klik!
Pose duduk di atas rumput pun menjadi momen yang sempat diabadikan dalam kamera hape saya. Selepas itu, teman suami saya sangat ingin memasuki tower itu. Ia pun menaiki tangga yang lumayan tinggi. Harus membayar £5 untuk masuk ke tower itu. Karena anak tangganya lumayan banyak, saya menyerah dan tidak ikut naik. Saya memilih menunggu di bawah sambil membidik beberapa objek lainnya untuk difoto. 

Tangga masuk ke Clifford's Tower
Di bawah tangga, ada sejarah singkat yang menceritakan tentang Clifford’s Tower. Menara Clifford merupakan sisa-sisa istana kerajaan York, tempat kekuasaan di Utara sejak William Conqueror. William pulalah yang telah membangun menara bidik empat daun bergaya Prancis ini. Raja-raja berikutnya memegang parlemen di wilayah ini. Interiornya pernah terbakar pada abad ke-17, namun dinding luar dengan beberapa celah dan sebagai cengkraman, telah menjadi lambang kota York yang sangat dikagumi.

Beranjak ke York City Walls dan York Minster
            Hari semakin beranjak sore, namun langit masih cerah dan udaranya sangat bersahabat. Akhir musim kemarau (last summer) memberi keuntungan buat kami. Masih ada waktu untuk melihat bangunan bersejarah lainnya. Kami pun kembali menyusuri Yorkshire dengan berjalan kaki. Tiba di sisi York City Walls, saya memilih berhenti sejenak sambil menikmati pemandangan Sungai Ouse dari atas jembatan York.


Bangunan era Victorian yang masih berdiri gagah di tepi Sungai Ouse dan Foss
            Puas berpose di sisi Sungai Ouse, saya berhenti di depan York Minster, gereja tua yang menjadi icon kebanggaan York. York Minster didirikan di abad ke-13 dan menjadi gereja tertinggi kedua di England. Saya hanya sempat berpose di depan gedungnya saja. Jika ingin melihat-lihat sisi dalam gereja bersejarah ini, harus membayar tiket masuk seharga £9.

York Minster
Di depan York Minster
Dari York Minster, kami masih meneruskan perjalanan. Akhirnya sampai di sisi York City Walls, tembok yang terbentang panjang dan dibangun sejak zaman Roman. Tembok ini dibangun sebagai pertahanan dan berlindung dari serangan musuh. Seiring perkembangan zaman, tembok ini tetap berdiri kokoh karena dirawat. Di sisinya dirancang jalan penghubung bagi para wisatawan maupun penduduk setempat.

Dari sini bangunan York City Walls itu bermula
Jalanan di sisi tembok ini sangat bersih dan nyaman untuk pejalan kaki
Tidak sah rasanya kalau tak kembali berfoto-ria. Kami puaskan berpose di sepanjang jalan yang menempel pada tembok itu. Sesekali senyum para pejalan kaki terlihat mengarah ke kami. Saya menikmati suasana itu meskipun kaki mulai terasa lelah.

Bunga-bunga itu akhir persinggahan kami di York
            Karena hari mulai sore dan kami harus kembali ke London, kunjungan ke York pun segera diakhiri. Sambil berjalan menuju stasiun kereta York, terlihat hamparan bunga-bunga nan cantik di tengah-tengah jalan yang melintasi kota itu. Saya minta izin untuk mengabadikannya. Sayang rasanya kalau sekadar dilihat-lihat saja. 

Bunga asli dan bunga Bekasi ... hahaha, dilarang nimpuk :p
            Selepas itu, kami masih terus berjalan untuk mencapai stasiun. Kursi-kursi taman yang dilewati kembali menjadi objek foto bersama si empunya kamera tentunya. “Gak mau rugi ya!” ujar suami mengomentari tingkah saya. Momen menuju pulang itu, lumayan juga untuk mengurai rasa lelah di kaki.
Kami kembali ke kereta menuju London. Sepanjang jalan pulang, hanya rasa senang yang tersisa sebagai wujud rasa syukur dan kagum pada semua kebesaran Sang Maha Pencipta.
Selamat tinggal, York! Semoga saya bisa kembali lagi bersama kedua anak saya kelak. Aamiin. [Wylvera W.]

Note: 
Semua foto adalah asli milik penulis
Catatan sebelumnya ada di sini

2 komentar:

  1. Bagus banget kotanya.. Cocok dibilang kota sejarah ya mba, bangunan2nya kliatan udh tua tp terawat.. Suka banget ama kota begini. Aku ama suami planning bisa ke Inggria 2019. Tp kita pengennya sih liverpool. Bukan kenapa2, cuma krn suamiku fans klub bola liverpool jd dia pgn nginjakin kaki ke anfield stadium ceritanya :p. Tp sprtinya asyik jg kalo bisa masukin york ke itinerary kami nanti

    BalasHapus
  2. Iya, Mbak. Kalau datang lebih pagi pasti lebih banyak yang bisa dikunjungi.
    Btw, Liverpool juga bagus. Saya sudah ke sana, tapi sayang waktu kami sempit jadi tidak sempat mengeksplore semua destinasi penting di kota itu. :)

    BalasHapus