Laman

Sabtu, 30 November 2019

Wedding Anniversary di Luxembourg


Saya dan suami sudah membeli tiket kereta sebelum terbang ke Belanda. Luxembourg adalah salah satu negara yang akan kami kunjungi kembali setelah beberapa tahun lalu kami pernah singgahi. Bedanya kali ini ada si Kakak, putri sulung kami yang melengkapi perjalanan ini. Kebetulan hari itu bertepatan dengan sehari sebelum tanggal pernikahan saya dan suami. Hanya saja saya salah menghitung tanggal dan destinasi.
Awalnya saya mengira bahwa akan merayakan ulang tahun perkawinan di Brugge, kota yang katanya cukup romantis untuk merayakan ikatan kasih sayang yang halal pastinya. Ternyata tanggal 10 Agustus itu bertepatan dengan tibanya kami di Luxembourg. Kita lihat saja seperti apa kami merayakan tanggal dan bulan bersejarah itu.

Dua kali cancel bikin hati lelah
Pagi-pagi kami sudah siap menuju stasiun kereta Leiden. Dari Leiden kami pikir bisa langsung menuju stasiun Luxembourg. Ternyata kami harus ke Amsterdam terlebih dahulu. Tiba di Stasiun Amsterdam, jam keberangkatan kereta cepat menuju Luxembourg yang awalnya sudah muncul di papan pengumuman jadwal kereta, tiba-tiba menghilang kembali.
Aaargh … kenapa sih Bapak enggak reserved tiket kereta yang sudah pasti seatnya. Mahal dikit tapi kita enggak kayak orang galau begini bolak-balik,” keluh si Kakak sempat kesal.
“Hei … jangan mengeluh. Justru dengan cara seperti ini, kita ikut merasakan degdegan dan serunya traveling itu. Jadi ada ceritanya,”  si Bapak membuat si Kakak spontan terdiam.
Entah setuju entah kesal ya? Hahaha…. Saya pun hanya menyimak. Si Kakak sepertinya lupa dengan prinsip traveling ke luar negeri ala si Bapak. Bukan pelit tapi beliau memang lebih memilih bersusah-susah sedikit, dibanding selalu merasakan kenyamanan mentang-mentang punya duit. Beliau ingin menularkan ke saya dan anak-anak bahwa bersahaja itu lebih punya cerita yang bisa dijadikan pengalaman berharga. Halaaah ... hahaha.
Baiklah, saya mau cerita sekilas tentang Eurail Pass ini. Sependek pengetahuan saya, Eurail Pass ini terdiri dari dua pilihan, first class dan second class. Idenya sama, yaitu point to point atau kota ke kota. Namun kalau 1st class difasilitasi oleh kereta cepat yang melayani seluruh kawasan Eropa. Biasanya operatornya tertentu (misalnya Thalys dan TGV). Hanya saja mereka sangat terikat pada jadwal. Sehingga kalau kita ketinggalan salah satu jadwal, maka selain mengalami kerugian karena biaya reservasi yang lebih mahal (premium), kita tidak bisa bertukar jadwal dengan kereta berikutnya. Sebab reservasi sudah fully book. Sementara untuk 2nd class, jauh lebih fleksibel dengan rute yang mau kita ubah-ubah sesuai keinginan kita. Begitu kira-kira alasan yang dipilih si Bapak agar kami tidak pontang-panting mengikuti ketatnya jadwal.
Mari kita lanjutkan cerita perjalanan ini.
Perjuangan menuju Luxembourg yang sungguh bikin lelah ini akhirnya menemukan solusi. Jam terus melaju, sementara kami masih di Belanda. Akhirnya setelah berjam-jam tidak mendapatkan kepastian, kami memutuskan untuk transit di Stasiun Bruxxel Midi. Sebab dari sana yang ada rutenya menuju Stasiun Luxembourg dalam waktu tercepat. Walaupun kami harus sedikit memutar jalur, lebih baik dari pada bertahan menunggu ketidakpastian jadwal kereta berikutnya. Nah! Jangan dikira Eropa selalu komit pada jadwal. Tetap saja ada tragedi pembatalan atau perubahan jadwal. Namun itu khusus untuk pilihan tiket seperti yang kami pesan.



Kelelahan dan kecemasan pun berakhir di kereta menuju Luxembourg dari Bruxxel Midi. Kami pasrah karena waktu tiba di Luxembourg pasti sudah menjelang senja. Kalau ditotal durasinya hampir sepuluh jam. Pfiuuuh! Tentu tidak banyak waktu lagi untuk mengeksplor kota di hari yang melelahkan itu. Sudahlah, kami harus pasrah menerima. Kami masih punya sehari lagi di tanggal 10 Agustus.
Kami pun tiba di stasiun Luxembourg Gare. Dejavu! Tahun 2015 saya dan suami pernah menyinggahi Luxembourg. Saat itu waktu kami juga sangat terbatas. Saya sempat berangan-angan, jika kembali ke Luxembourg, saya akan puaskan menyusuri tempat-tempat yang termasuk ikonnya. Ceritanya ada di sini.
Harapan untuk menikmati kota Luxembourg dengan sepuasnya, lagi-lagi tidak tercapai. Apa daya, obsesi saya di tahun 2015 itu ternyata kembali tidak bisa diwujudkan di momen kedua kesempatan kami kembali ke Luxembourg ini. Hum … belum berjodoh mungkin dengan kota ini.

Hari kedua didominasi foto-foto romantis
            Sesuai dengan judul catatan ini, saya akan bercerita tentang momen yang kami habiskan selama di sini. Hari kedua kami di Luxembourg bertepatan dengan hari ulang tahun pernikahan saya dan suami. Sebenarnya tidak ada rencana istimewa untuk mengingat tanggal bersejarah itu. Sebab setiap hari pun selalu bisa kami jadikan sebagai hari yang istimewa. *senyum-senyum*
Setelah sarapan, kami keluar dari hotel untuk sekadar mengambil spot foto. Kebetulan tidak jauh dari hotel, ada taman dengan latar gedung yang lumayan pas untuk dijadikan lokasi berfoto ria. Saya lupa nama lokasinya. Maafkan ya ….  

Foto-foto ini jadi saksi ... eaaa .... 🤭


Kembali ke sesi foto. Entah berapa kali jepretan yang sudah dilakukan. Saya, suami, dan putri kami bertukar tempat menjadi modelnya. Wedding anniversary yang unik dan cukup simpel menurut saya. Tak ada candle light, anniversary flower bouquet, atau cokelat berbentuk hati. Cukuplah si Kakak (putri kami) yang menjadi juru foto untuk mengabadikan bahwa hari itu adalah tanggal bersejarah untuk kedua orangtuanya.



Tak cukup berfoto di taman itu, kami pun mencari lokasi yang mungkin lebih memberi aura romantis. Kami memilih area The Constitution Square. Menyusuri taman yang letaknya seperti di lembah itu, memberi kesejukan dan ketenangan tersendiri. Di sekitar lokasi ini lah akhirnya kami kembali memperbanyak pose untuk direkam dalam kamera. Hasilnya bikin senyum-senyum menahan malu. 🤣



Ini tak sesuai arahan juru fotonya lho ... hahaha


Yup! Kali ini suami saya yang menjadi pengarah gayanya. Melihat foto-foto yang ada, saya tertawa lepas. Saya dan suami seolah lupa bahwa ada putri kami di situ yang melihat lagak dan gaya ibu bapaknya. Penginnya sih seperti anak-anak muda zaman now, tapi hasilnya tetap saja … jadul to the max. Hahaha …. Selesai mengambil foto-foto post-wedding, kami memutuskan untuk meninggalkan lokasi untuk memanfaatkan sisa waktu yang ada.

Perjuangan berat kembali terulang :p





Begitulah … hari bersejarah itu kami rayakan dengan cara sesedarhana itu. Yang mahal cuma ongkos ke Luxembourgnya saja. [LOL]

Tur di atas bus
Karena minimnya sisa waktu, kami akhirnya memutuskan untuk berkeliling kota dengan menaiki Luxembourg Hop On Hop Off Tour. Tur bus wisata Luxembourg ini beroperasi dari jam 10 pagi hingga jam 6 sore. Kecuali hari libur, bus ini akan melayani para turis hingga jam delapan malam. Bus akan datang dalam setiap 20 menit. Sementara durasi berkelilingnya 60 menit. Sekali membeli tiketnya, kita pun bebas ingin naik dan berkeliling berapa kali saja di hari yang sama.




            Paket wisata sightseeing ini bisa ditemukan di seberang Katedral Notredam atau di sekitar Konstitutionplatz. Bus akan melewati beberapa lokasi wisata. Rutenya mencakup Musee National d’Histoire et d’Art dan Kota Tua Luxembourg. Keinginan saya untuk turun dan mengeksplorasi sungguh sangat besar. Namun sayang, kekuatan mager (malas gerak … hahaha) jauh lebih dahsyat. Ditambah pertimbangan sisa waktu yang kami miliki. Kami akhirnya tetap bertahan duduk manis di bus itu. Hanya menikmati tempat-tempat bersejarah yang dijadikan tujuan para wisatawan dari atas bus.

            Sejak tahun 2015 saya dan suami berkunjung ke kota ini, tidak ada perubahan yang signifikan. Beberapa gedung yang dibangun dengan gaya arsitektur yang megah tetap seperti itu. Sisa waktu sehari itu pun kami puaskan dengan dua kali mengelilingi kota Luxembourg di atas bus wisata.
            Well … setelah ini, tunggu catatan menarik dari Brugge. Salam! [Wylvera W.]
           
Note:
Part one-nya ada di sini